Diagonal Select - Hello Kitty 2

Resume 2 Psikologi Pendidikan

BAB 7. PSIKOLOGI PENDIDIKAN : Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Behavioral
APA ITU PEMBELAJARAN?
Pembelajaran adalah fokus utama dalam psikologi pendidikan. Pembelajaran dapat didefenisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berfikir dan diperoleh melalui pengalaman.
PENDEKATAN UNTUK PEMBELAJARAN
Behavioral. Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Proses mental didefenisikan oleh psikolog sebagai pikiran, perasaan dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain.
Pandangan behavioral dalam pembelajaran ada dua yaitu pengkondisian klasik dan operan. Kedua pandangan ini menekankan pembelajaran asosiati yang terdiri dari pembelajaran bahwa dua kejadia saling berkaitan. Misalnya ketika seorang anak mengasosiasikan belajar dengan hadiah.
Kognitif. Psikologi semakin cenderung ke pandangan kognitif selama decade akhir abad ke 20 dan penekanan kognitif ini terus berlanjut sampai sekarang. Penekanan kognitif menjadi basis bagi banyak pendekatan untuk pembelajaran.
Empat pendekatan kognitif untama untuk pembelajaran :
1.      Kognitif sosial, menekankan tentang bagaimana faktor perilaku, lingkungan, dan orang saling berinteraksi memengaruhi proses pembelajaran
2.      Pemrosesan informasi, menitik beratkan bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, ingatam, pemikiran, dan proses kognitif lainnya
3.      Konstruktivis kognitif, menekankan konstruksi kognitrif terhadap pengetahuan dan pemahaman
4.      Konstruktivis sosial, fokus pada kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilakan pengetahuan dan pemahaman.
 PENDEKATAN BEHAVIORAL UNTUK PEMBELAJARAN
Pengkondisian Klasik
            Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana sebuat stimulus menimbulkan respon setelah dipasangkan dengan stimulus yang secara alami memunculkan respon tersebut.
Pavlov telah melakukan penelitian terkait pengkondisian klasik menggunakan penelitian air liur pada seekor anjing. Ia meneliti respon anjing terhadap stimulus-stimulus yang diberikan. Untuk memahaminya kita harus mengenal beberapa istilah yang Pavlov buat :
1.      Unconditional Stimulus (UCS) adalah stimulus yang secara alami memunculkan suatu respon tertentu tanpa harus dipelajari
2.      Unconditional Response (UCR) adalah respon yang bersifat natural dan tidak membutuhkan penelitian.
3.      Conditional Stimulus (CS) adalah stimulus sebelumnya netral yang telah dipasangkan dengan suatu stimulus tidak terkondisi untuk menghasilkan respon yang sebelumnya hanya disebabkan oleh stimulus yang tidak terkondisi tersebbut.
4.      Conditional Response (CR) adalah respon yang setelah pengkondisian mengikuti suatu stimulus yang sebelumnya netral.

Pada percobaan Pavlov, anjing akan mengeluarkan saliva (UCR) ketika diberikan makanan (UCS). Namun, ketika anjing diberi bunyi bel  (Netral) anjing tidak memberikan respon. Pengkondisian terjadi ketika bunyi bel tersebut ditambahkan dengan pemberian makanan pada anjing, maka anjing akan mengeluarkan saliva. Setelah beberapa kali dilakukan, maka anjing akan mengeluarkan saliva (CR) ketika diberikan bunyi bel (CS).



Generalisasi, Diskriminasi, dan Pelenyapan.
Generalisasi stimulus adalah proses dimana, setelah suatu stimulus dikondisikan untuk menghasilkan suatu respon tertentu, stimulus yang mirip dengan stimulus asli menghasilkan respon yang sama.
Diskriminasi stimulus adalah proses yang terjadi jika dua stimulus cukup berbeda satu sama lain diama satu stimulus membangkitkan suatu respon terkondisi, namun stimulus yang lain tidak, kemampuan untuk membedakan dua stimulus atau lebih
Pelenyapan adalah fenomena dasar dari belajar yang terjadi ketika suatu respon yang sebelumnya telah terkondisi menurun dalam frekuensi dan bahkan menghilang.

Pengkondisian Operan
            Pengkondisian operan adalah pembelajaran dimana suatu respon yang disadari diperkuat atau diperlemah, tergantung pada konsekuensi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Hukum Efek menurut Thorndike adalah konsekuensi dari respon menentukan apakah respon akan dilakukan dimasa depan. Hukum  efek Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negative akan diperlemah.
Pengkondisian Operan Skinner. Dimana konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas periaku itu akan terjadi, merupakan inti dari behaviorisme Skinner. Konsekuensi berupa imbalan atau hukuman.
Penguatan (imabalan) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. ada beberapa penguatan :
1.      Penguatan positif, adalah frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung seperti guru yang memberikan tepuk tangan pada anak murid nya ketika menjawab pertanyaan.
2.      Penguat negative, adalah frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan. Seperti ketika seorang ibu memarahi anaknya yang tidak mau belajar. Anak akan belajar untuk menghilangkan marah dari ibunya.

Generalisasi, diskriminasi, dan pelenyapan.
Generalisasi adalah kemampuan individu untuk bereaksi terhadap stimulus baru yang mirip dengan stimulus yang telah dikenalinya
Diskriminasi adalah stimulus yang menghasilakan control atas perilaku subjek melalui kehadirannya yang berkelanjutan ketika respon diperkuat.

Pelenyapan adalah proses pelepasan respon belajar karena penghapusan sumber asli pembelajaran.

Resume 1 Psikologi Pendidikan

BAB 1. PSIKOLOGI PENDIDIKAN :  Perangkat untuk Mengajar Secara Efektif
SELAYANG PANDANG PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi pendidikan merupakan cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan.
Pengajaran adalah proses pendidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar .  Menitik beratkan pada guru.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pengajar dan sumber belajar pada suatu linkungan belajar. Menitik beratkan pada siswa.
Latar Belakang Histori
William James (1842-1910). James adalah bapak psikologi Amerika.  Dalam memberikan serangkaian kuliah tentang “Talks to Teachers” ia mendiskusikan aplikasi psikologi pada mendidik anak. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu cara pengajaran menurutnya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.

John Dewey (1859-1952). Dewey menjadi penggerak pengaplikasian psikologi di tingkat praktis. Ia membangun laboraturium psikologi pendidikan pertama di AS, di Universitas Chicago tahun 1894. Ide penting dari John Dewey :
1.      Anak sebagai pembelajar aktif (active learner). Sebelumnya ia berpendapat anak harus duduk diam dikursi agar dapat mendengar pelajaran secara pasif dan sopan. Namun, ia kembali mengemukakan pendapat baru yaitu anak akan belajar lebih baik jika mereka aktif.
2.      Pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan.
3.      Semua anak berhak mendapatkan pendidikan.




E. L. Thorndike(1874-1949). Thorndike memberikan banyak perhatian pada penilaian, pengukuran, dan perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Ia berpendapat salah satu tugas pendidikan adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Ia juga memberikan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran.


 Diversitas dan Psikologi Pendidikan Awal.
Pada awalnya psikologi pendidikan kebanyakan adalah pria kulit putih seperti James,Dewey, dan Thorndike. Sebelum adanya perubahan undang-undang dan kebijakan hak-hak sipil pada 1960-an, hanya segelintik tokoh non-Kulit Putih yang berhasil mendapatkan gelar dan menembus diskriminasi seperti keturunan Afrika-Amerika Mamie dan Kenneth Clark. Seperti minoritas lainnya, perempuan juga mendapatkan diskriminasi contohnya tokoh sejarah psikologi pendidikan yang sering diabaikan adalah Leta Hollingworth.
Perkembangan Lebih Lanjut
 Pendekatan Thorndike untuk studi pembelajaran digunakan sebagai panduan bagi psikologi pendidikan pada awal abad 20. Dalam ilmu psikologi Amerika, pandangan B.F.Skinner yang didasarkan pada ide-ide Thorndike, sangat memengaruhi psikologi pendidikan pada pertengan abad 20.
Cara Mengajar Yang Efektif
Guru harus menguasai beragam cara untuk mengajar. Hal ini membutuhkan dua hal utama
1.      Pengetahuan dan Keahlian Profesional
a.       Penguasaan Materi Pelajaran
Seorang guru harus mengusai materi bukan hanya fakta,istilah dan konsep umum. Namun membutuhkan pengetahuan tentang dasar-dasar pengorganisasian materi, mengaitkan berbagai gagasan, cara berfikir dan beragumen , pola perubahan dalam satu mata pelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran dan kemampuan untuk mengaitkan datu gagasan dari suatu disiplin ilmu ke disiplin ilmu lainya.
b.      Strategi Pengajaran
Prinsip konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Yang artinya guru bukan sekedar memberi informasi tetapi juga mendorong anak untuk mengevaluasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, dan lainnya.
c.       Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Instruksional
Guru yang efektif bukan sekedar mengajar di kelas namun harus menentukan tujuan pengajaran dan merencanakan untuk mencapai tujuan itu.
d.      Keahlian Manajemen Kelas
Guru yang efektif akan mampu mengkondusifkan kelas dengan baik dan mampu membuat suasana kelas menjadi menarik.
e.       Keahlian Motivasioanal
Guru efektif harus mampu menjadi motivator bagi anak agar mau belajar dengan berbagai cara yang menarik.
f.       Keahlian Komunikasi
Keahlian komunikasi akan menjadi salah satu cara agar interaksi antara murid dan guru menjadi baik. Sehingga anak murid menjadi tertarik untuk mendengarkan guru yang sedang mengajar.
g.        Bekerja Secara Efektif dengan Murid dari Latar Belakang Kultural yang Berlainan
Didunia yang saling berhubungan secara kultural ini guru harus mengetahuo dan memahami anak dengan latar belakang dan memahami anak dengan latar belakang yang berbeda-beda dan sensitive terhadap kebutuhan mereka. Guru yang efektif mendorong murid untuk menjalin hubungan positif dengan murid yang berbeda.
h.      Keahlian Teknologi
Guru yang efektif mengembangkan keahlian teknolohi dan mengintegrasikan computer kedalam proses belajar di kelas. Integrasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid yang akan membutuhkan keahlian teknologi dan keahlian berbasis kompurter.

2.      Komitmen dan Motivasi

Komitmen dan motivasi akan membantu guru yang efektif untuk melewati masa-masa yang sulit dan melelahkan dalam mengajar.




TUGAS PENDIDIKAN : "PENGAJARAN SESUAI DENGAN MASA PERKEMBANGAN"

  TUGAS PENDIDIKAN : "PENGAJARAN SESUAI DENGAN MASA PERKEMBANGAN"
Hasil gambar untuk animasi mengajar anak tk
     Kanak-kanak awal / PG TK (2-6tahun)
     1.      Masa negativis yaitu masa membangkang dimana perkembangan ego berlangsung
     2.      Masa eksplorasi yaitu masa dimana anak akan suka mencari tau tentang lingkungan sekitarnya,          mencoba hal baru, dan lainnya
     3.      Masa meniru yaitu masa anak akan mencoba untuk meniru apa yang dilakukan orang terdekatnya        seperti orang tuanya
     4.      Masa bermain yaitu masa dimana anak seharusnya memuaskan dirinya dengan bermain

    Teori Kognitif Piaget pada masa ini adalah  Praoprasional. Yaitu karekteristik utamanya adalah perkembangan bahasa , berpikir simbolis, dan berpikir egosentris

    Tingkat Perkembangan Moral menurut Kohl Berg pada masa ini adalah Prakonvesional. Pada tingkat ini, keterkaitan konkret terhadap individu dipertimbangkan dalam hal hukuman dan imbalan.

Maka dari penjabaran di atas dapat diberikan contoh belajar yang baik untuk anak usia PG/TK  yaitu belajar  :
     a.        Sambil bermain , contohnya belajar berhitung  sambil bermain jumping and clap. Dimana anak           akan menghitung 1 ketika ia berlompat 1 kali dan guru akan bertepuk tangan 1 kali juga, dan               begitu seterusnya hingga angka yang ditentukan
     b.      Mengeksplor lingkungam, contohnya ketika anak akan diajarkan untuk saying kepada alam dalam      hal berkebun, anak akan dibiarkan bermain kotor seperti bermain tanah ketika ia akan mengambil        tanah untuk tumbuhannya. Bermain air ketika hendak menyiram tumbuhannya. Dan berlari-                larikan ketika ia aktif mengeksplor.




    Masa Kanak-kanak Akhir/SD ( ± Sejak usia 6 tahun – 11 tahun)
     Masa ini ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
      ·         Pengaruh teman sebaya mulai dominan
      ·         Mampu berfikir logis tentang objek & kejadian
      ·         Menguasai konversi jumlah yang berat
Tahap Perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak akhir adalah: Operasional konkret (Jean Piaget). Artinya, aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera,karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tanpak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya (Logika). Contohnya dalam tahap pembelajaran disekolah seperti;
Guru menujukkan bola kepada siswa,kemudian berkata,”anak-anak ini bola”. Kemudian guru menyuruh siswanya untuk mengulangi kata-kata guru, “ini apa?”, “ini bola”. Kemudian guru dapat menempelkan gambar bola di papan tulis. Dibawah gambar bola itu ditempelkan tulisan ini bola. Guru lalu menyuruh siswa membacakan kembali tulisan ini bola tadi. Tulisan ini bola dapat dianalisis menjadi kata,menjadi suku kata,suku kata menjadi huruf dan terakhir tulisan di kembalikan pada posisi semula ( kalimat)
ini bola
i   ni  bo  la
i   n  i  b  o  l  a
i   ni  bo  la
ini bola
Pada tahap ini, anak –anak juga dapat diajari metode chunking. Yaitu mengubah huruf-huruf menjadi unit-unit kata yang bermakna. Misalnya penggunaan istilah Me-ji-ku-hi-bi-ni-u, untuk memudahkan anak mengingat warna merah,jingga,kuning,hitam,biru,nila,ungu (pelangi)

Tahap perkembangan moral pada anak anak akhir adalah : Konvensional ( Kholberg)
Tahap 3: Orientasi (Good boy/girl) .Anak ingin menyenangkan dan menolong orang lain,dapat menilai niat orang lain,dan mengembangkan standar tentang bagaimana orang yang baik itu. Misalnya Arya anak kelas 3 SD melihat bekal yang dibawakan oleh temannya dari rumah tumpah, akhirnya Arya mengajak teman nya tersebut untuk berbagi dan makan bekal yang arya punya.
Tahap 4 : Orientasi otoritas. Anak cenderung tunduk atau patuh pada orang yang dihormati.
Contohnya: Saat yuni ditegur oleh petugas kebersihan sekolah karena membuang sampah sembarangan, yuni tidak peduli. Lagi lagi dia tetap membuang sampah sembarangan. Namun pada saat Guru kelasnya yang menegur yuni secara langsung, yuni pun tidak berani lagi membuang sampah sembarangan di pekarangan sekolah.

Tahap Perkembangan Socioemotional pada anak-anak akhir adalah: Tahap Industry Vs Inferiority (Erick Erikson)
Perkembangan sosial emosional pada anak-anak akhir yaitu perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menurut Erikson anak-anak mengembangkan kemandirian dan  otonomi jika eksplorasi serta kebebasan mendapatkan dukungan. (Contohnya Anton telah dibiasakan oleh ibunya untuk merapikan tempat tidur setelah bangun pagi). Dan juga rasa malu dan meragukan diri sendiri ketika mereka dihambat dan terlalu diproteksi.( Misalnya, Karin  ingin sekali mengikuti lomba menari disekolahnya, namun disisi lain dia takut dimarahi oleh ibunya yang tidak mendukung dan mengijinkan nya mengikuti kegiatan apa pun diluar jam pelajaran)

       Masa Remaja / SMP& SMA (11-18 Tahun)
SMP
Pada tahap perkembangan ini, emosi cenderung meledak-ledak, tidak stabil, serta berubah-ubah. Memiliki pola pikir yang cenderung egosentris, perkembangan kognitif : operasional formal. Cara belajar yang tepat untuk tahap ini adalah  belajar dalam diskusi atau didalam kelompok. Dengan cara belajar yang demikian, mampu melatih diri untuk bisa menerima pendapat orang lain, blajar menyampaikan pendapat kepada orang lain, belajar menahan emosi. Jadi cara belajar itu tepat untuk tahap perkembangan ini.

Usia remaja pada masa SMP biasanya pola pikirnya egosentris, jadi Cara mengajar yang baik untuk anak SMP yang berada pada tahap remaja yaitu sifat mengajar dengan cara horizontal berarti kita sebagai pengajar menempatkan diri kita sama tinggi dengan siswa kita. Kita berbicara sebagai orang yang lebih dahulu tahu, bukan lebih pintar.  Kita mentransfer  ilmu, bukan member ilmu. Cara system belajarnya pun jangan terlalu otoriter, jika seperti itu maka Suasana kelas pun akan menjadi tegang, dan siswa pun akan merasa takut,  otomatis dia belajar bukan dari dorongan dirinya sendiri melainkan karena takut dengan si pengajar ata guru. Namun jika kita menyampaikan materi atau pelajaran itu secara santai atau anggaplah kita sedang bercerita tentang pengalaman sehinggai ilmu apapun itu tidak terkesan menyeramkan, sehingga siswa pun senang pada pelajaran itu dan lebih mudah memahami pelajaran tersebut.
Karena perkembangan  emosionalnya tidak  stabil atau berubah-berubah maka siswa berfikir bahwa, jika seorang pengajar menyampaikan pelajaran itu secara santai atau menarik maka otomatis siswa tersebut akan menyukai pelajaran tersebut walaupun awalnya mereka tidak suka pada pelajarnitu. Namun jika seorang pengajar menyampaikan pelajaran  itu secara otoriter atau berkesan memaksa maka siswa tersebut akan malas untuk belajar, padahal dia sangat menyukai pelajaran tersebut. Namun karena cara mengajarnya yang salah maka siswa tersebut jadi malas dengan pelajaran tersebut. Jadi dia belajar hanya karena takut maupun terpaksa, bukan atas kemauannya sendiri sehingga pelajaran yang disampaikan oleh seorang pengajar tersebut tidak diterima dengan baik.
Jadi,  bagi  para penagajar,  pada saat memasuki kelas atau mau menyampaikan materi maka harus bisa tau terlebih dahulu bagaimana cara memahami karakter-karakter siswa siswi tersebut, agar kita bisa tau bagaimana cara mengajar yang baik dan menyenangkan bagi para siswa agar mereka semangat untuk belajar, tetapi tetap harus melakukan system cara belajar-mengajar sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

         SMA
Intelektual adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan. Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 tahun secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut:
      1.      Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.
      2.      Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat                      keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah.
      3.      Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang                    abstrak.
      4.      Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.
      5.      Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya                    psikologi remaja.
      6.      Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi.
      7.      Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas              (jati diri).
Karakteristik perkembangan intelektual remaja digambarkan oleh Keating (Syamsu Yusuf, 2004 : 195 - 196) sebagai berikut:
       1.      Kemampuan intelektual remaja telah sampai pada fase operasi formal sebagaimana konsep             Piaget. Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada kesadaran sendiri di           sini dan sekarang (here and now), cara berpikir remaja berkaiatan erat dengan dunia kemungkinan       (world of possibilities).
       2.      Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah.
       3.      Mampu memikirkan masa depan dan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai               kemungkinan untuk mencapainya.
       4.      Mampu menyadari aktivitas kognitifnya dan mekanisme yang membuat proses kognitif                   tersebut efisien atau tidak efisien.
       5.      Cakrawala berpikirnya semakin luas.


Maka, dari pembahasan diatas anak SMA dapat diajarkan dengan salah satu cara yaitu konsep mind mapping yaitu membuat serangkaian pemetaan pikiran untuk dengan mudah mengembangkan pembahasan dalam point-point berangkai agar ia juga dapat mengembangkan wawasannya dalam kecakapan  berfikir dan berbicara

POWER POINT Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Tentang Perencanaan , Instruksi , dan Teknologi DISUSUN OLEH : 1. Billy Saragih 2. Iin Cristin 3. Fitri Amelia 4. Nur Anisah Putri 5. Khadijah Zahira Haq 6. M. Habibie Ar Rasyid 7. Rahul Alexander

CONTOH BELAJAR BERDASARKAN PENDEKATAN METODE KLASIK,OPERAN,DAN KOGNITIF

Contoh-contoh belajar berdasarkan Pendekatan Klasikal,Pendekatan Operan
dan Pendekatan Kognitif
Tugas Kelompok Pikologi Pendidikan.
Oleh Kelompok 9
Iin Cristin Sidabutar : 161301015
Fitri Amelia : 161301045
Nur Annisa Putri : 1613010147
Khadijah Zahira Haq : 161301051
Muhammad Habibie Ar Rasyid : 161301053
Billy Febrinandus Saragih : 161301056
Rahul Alexander : 161301064



Metode Belajar Klasikal
Contoh :
1.Sewaktu TK, Zaza tidak menyukai warna hitam. Dan zaza menyukai boneka beruang.  Namun ketika Zaza dibelikan boneka beruang dengan baju hitam yg dikenakan beruang. Lama-lama Ia pun menjadi menyukai warna hitam
         Warna Hitam(UCS)                                          =           respon berupa tidak suka
         Boneka Beruang (UCS)                                    =          respon berupa suka
         Warna hitam (UCS) + Boneka Beruang(UCS) =          respon berupa suka
         Warna Hitam(CS)                                             =           respon berupa suka

2.Dafa awalnya biasa saja dengan susu. Tapi Dafa sangat menyukai coklat. Suatu ketika, ibunya memberikan susu rasa coklat, dan Dafa pun jadi sangat menyukai susu coklat. Sehingga dafa pun jadi sangat menyukai susu.
Susu (Stimulus Netral)                                    =          tidak ada respon
Coklat (UCS)                                                  =          respon berupa rasa suka
Susu (Stimulus Netral) + Coklat(UCS)          =          respon berupa rasa suka
Susu(CS)                                                         =          respon berupa rasa suka

3.Raihan sangat takut dengan anjing berukuran besar. Suatu ketika, ia melihat ada kucing sedang berlari kearahnya, ternyata kucing itu sedang dikejar oleh anjing besar Raihan pun jadi terkejut dan takut karena kehadiran anjing tersebut. Hal ini menyebabkan jika ada kucing berlari, ia menjadi was was akan adanya kehadiran anjing.
Kucing (Stimulus Netral)                                =          tidak ada respon
Anjing Besar (UCS)                                        =          respon berupa rasa  takut
Kucing(Stimulus Netral) + Anjing(UCS)       =          respon berupa rasa takut
Kucing (CS)                                                    =          respon berupa rasa takut

4.Selama Bulan Ramadhan, ZOLA berusaha untuk berpuasa, walaupun ia masih belum sanggup untuk menahan lapar dan haus. Usia zola yang masih sekitar 10 tahun ia selalu berusaha untuk puasa full seharian. Setelah di iming imingi akan diberikan uang Rp. 10.000 sehari oleh bundanya, jika ia dapat berpuasa selama seharian penuh. Zola berusaha keras untuk bisa menyelesaikan puasa seharian hingga pada akhirnya waktu berbuka puasa tiba dan zola diberikan uang Rp. 10.000 oleh bundanya.

Unconditioned Stimulus (US)             :  Berpuasa
Unconditioned Respon (UR)               : Menahan rasa lapar dan haus
Conditioned Stimulus (CS)                  : Uang Rp. 10.000
Conditioned Respon (CR)                   : Berusaha menahan rasa lapar dan haus

5.Setiap hari pukul 16.00 wib. Dini selalu pergi mengaji di masjid, ketika dia malas untuk mengaji , sang ayah menjanjikan akan memberikan boneka baru jika ia pergi mengaji. Setiap kali ia melihat boneka baru , dini selalu malas untuk pergi mengaji sampai di berikan boneka baru.

Unconditioned Stimulus (US)                        : Pergi mengaji
Unconditioned Respon (UR)                          :Rasa malas
Conditioned Stimulus (CS)                            :Mainan
Conditioned Respon (CR)                              : Malas pergi mengaji

6.Ketika saya akan kuliah pada pagi hari, saya selalu tidur tidak terlalu larut malam dan mengaktifkan alarm agar bisa bngun pagi dan melaksanakan sholat subuh.

Unconditioned Stimulus (US)                        : Pergi kuliah pagi
Unconditioned Respon (UR)                          : Tidak tidur larut malam
Conditioned Stimulus (CS)                            : Mengaktifkan Alarm
Conditioned Respon (CR)                              : Bangun pagi

7.suara lagu dari penjual es krim yang berkeliling dari rumah ke rumah.Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas.Bayangkan, bila tidak ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya.

8.Bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.
       Untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai pasangan yang “sangat suka (UCR)” dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda. Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang,  selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda akan sangat suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara UCS, CS, UCR, dan CR.




Pengkondisian Operan

Penguat Positif
  Ø  Frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding).
Contoh :
1.      Sewaktu kami kecil, Setiap bulan Ramadhan, orang tua saya selalu mengatakan kepada saya maupun abang-abang saya kalau misalkan pada bulan ramadhan puasa kami full 1 bulan penuh maka kami akan diberi hadiah yaitu baju baru. Karena kami dijanjiin seperti itu, maka kamipun semakin giat untuk berpuasa 1 bulan penuh untuk mendapatkan hadiah tersebut.

2.      Yoga, anak yang duduk disekolah menengah Pertama di masukan oleh ibunya kedalam suatu kelas musik. Awalnya Yoga tidak mau masuk kelas musik, namun saat ibunya berkata akan mengajaknya berlibur keluar negeri kalau dia bisa memainkan berbagai jenis alat musik, Yoga pun akhirnya mau les musik dan belatih dengan giat.

3.      Andi anak kecil berusia dua tahun dimarahi oleh ibunya jika dia buang air kecil dicelana. Sebaliknya jika Andi memberitahukan terlebih dahulu kepada ibunya kalau dia ingin buang air kecil sehingga ibunya bisa membawakan ke WC, ia akan diberikan pujian dengan mengatakan bahwa Andi adalah anak yang pintar.

            Penguat Negatif
  Ø  Frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak mnyenangkan).
Contoh :
4.      Setiap keponakan saya mau makan, lauknya harus ada mie instan. Saya selalu melarangnya karena itu tidak baik jika terlalu sering, sampai dia nangis dan dia tidak akan mau makan nasi kalau tidak pakai mie instan. Jadi sayapun memperbolehkannya memakan mie instan, karena kalau tidak dia tidak akan makan nasi.
            Hukuman
  Ø  Konsekueni yang menurunkan probabiitas terjadinya suatu perilaku.
Contoh :
5.      Sewaktu kecil saya orangnya nakal, suka ngomong kasar kepada abang-abang saya. Jadi suatu hari mama saya dengar kalau saya ngomong kasar kepada abang saya, lalu mama saya langsung memarahin saya, dan menarik saya, mama saya pun langsung mengunyah jahe untuk di sembur kemulut saya karena ngomong kasar kepada abang saya agar saya tidak mengulangin kesalahan itu lagi. Sehingga saya ketakutan dan pada saat itu juga saya tidak mau bersama mama saya untuk beberapa hari, karena saya begitu takut dengan mama saya.

6.      Johan anak berusia 14 tahun adalah anak yang sering bolos dari kelas. Suatu hari dia ketahuan bolos yang kesekian kalinya oleh gurunya. Johan langsung di proses oleh guru BP nya dan dibuat surat panggilan kepada orangtua Johan. Saat mendengar hal itu, Johan sangat takut dan berjanji bahwa dia tidak akan mau bolos dari kelas saat pelajaran berlangsung.





 Belajar Kognitif
Contoh :
1. Sinta membeli mainan yaitu sebuah rubik. Saat pertama kali membelinya, sinta tidak bisa menyusun rubik yang sudah diacak. Namun setelah 2-3 minggu sinta memainkan rubik tersebut, sinta menjadi bisa menyusun rubik yang sudah  diacak itu.
2. Pada suatu hari, ibu memasak nasi goreng untuk keluarga nya. Ternyata nasi goreng yang dimasak ibu itu terlalu pedas. Keesokkan hari nya si ibu kembali memasak nasi goreng, dan kali ini nasi goreng buatan ibu sudah pas ( tidak terlalu pedas ).
3. Arya anak Paud yang berusia 2 tahun sering memperhatikan Ibunya yang selalu membereskan buku-bukunya kedalam laci setelah ia selesai belajar. Hingga pada suatu saat, setelah Arya selesai belajar, dengan inisiatif sendiri dia langsung membereskan sendiri buku-bukunya kedalam laci. Hal ini adalah salah satu proses belajar kognitif.
4. Dulu, ketika saya masih duduk di Sekolah Dasar,  saya dan teman-teman sedang bermain dilapangan bermain yang luas dan dipenuhi rumput hijau. Tidak sengaja saya melihat suatu jenis tumbuhan yang jika disentuh dapat layu/menutup dengan sendirinya. Saya heran mengapa hal itu bisa terjadi, karena rasa ingintahu saya yang besar, saya mengambil tumbuhan tersebut dan menunjukan nya kepada ibu saya. Akhirnya ibu saya menjelaskan bahwa tumbuhan itu adalah sejenis perdu yang sangat cepat menutup daunnya jika disentuh,yang biasa di sebut dengan tanaman putri malu.
5.Ada seorang anak yang ingin bermain sepeda karena melihat teman sebayanya, iya pun meminta kepada ayahnya untuk membelikan sepeda baru. Ketika sepeda baru sudah dibeli iya masih belum bisa untuk menaikinya, kakinya pun masih kaku untuk mengkayuh sepeda tersebut apalagi untuk menyeimbangkan badannya agar  tidak terjatuh, akhirnya sang ayah memberikan  roda bantu disebelah kanan  dan kiri sepeda. Seminggu pertama, iya sudah bias mengayuh sepedanya dengan lancar, dengan motivasi dan pembelajaran dari ayahnya. Di minggu kedua sang ayah mulai melepas satu roda bantu yang disebelah kanan, awalnya sang anak terjatuh karena belum bias menyeimbangkan badannya, tapi lama – kelamaan dengan diajari oleh sang ayah, sang anak mulai terbiasa dengan sepeda dengan sebelah roda bantu. Dan diminggu terakhir, sang ayah mulai melepas kedua roda bantu disepeda tersebut, awalnya sang anak terjatuh ketika menaikinya dikarenakan belum terbiasa dan belum bias menyeimbangkan  kedua badannya, akan tetapi lama kelamaan dia mulai terbiasa dengan hal tersebut, dia mulai bias menyeimbangkan kedua badannya, dan akhirnya sang anak telah mahir menggunakan sepeda tersebut.

6.Franconero anak berumur 4 tahun yang belum bias membaca menulis dan berhitung, ketika memasuki umur 5 tahun ibunya memasukkannya kedalam taman kanakkanak. Di taman kanak kanak tersebut ia mulai diajari membaca dengan cara mengeja huruf demi huruf, awalnya Franconero tidak bisa. Akan tetapi, dorongan dan motivasi dari sang guru membuatnya lebih giat berlatih, dibantu dengan kedua orang tuanya, begitulah seterusnya sampai ia bias membaca sepenuhnya ditaman kanak kanak. Tetapi ketika ditaman kanak kanak, Franconero belum diajari hitungan perkalian dan pembagian. Dan setelah masuksd ibu gurunya mengajarkan hal tersebut. Awalnya ia sangat bingung, dan dengan motivasi dari sang guru akhirnya Franconero bias melakukan operasi Matematika.





Mengenai Saya

Foto saya
Nama saya adalah Khadijah Zahira Haq. Panggil saja Dija atau Zahira. Saya adalah Mahasiswi Fakultas Psikologi USU angkatan 2016.
Diberdayakan oleh Blogger.